Sebelum diangkat
jadi PNS, bapak-ibu ku pernah mencoba beberapa kali untuk berwirausaha. ya
maklumlah saat itu orangtua ku harus memenuhi kebutuhan aku dan dua orang
saudaraku. aku yang baru masuk kuliah, mbakku semester 3 dan adikku yang masih
SMP. sangat berat rasanya kalau hanya mengandalkan dari gaji menjadi guru
honorer untuk membiayai kami. so, bapak-ibu ku mulai mencoba untuk menembangkan
sayap berwirausaha. walau sayangnya tidak bertahan lama, namun banyak yang yang
bisa diambil dari pengalaman bapak-ibu ku itu...
1.
Jual kerudung dan pakaian
anak-anak
mengambil barang
dari temen di solo, ibuku akhirnya berjualan kerudung dan pakaian anak-anak. ga
besar sih, cuma eceran dan dijual dari mulut ke mulut. karena ini usaha pertama
ibuku, usaha ini kurang berjalan lancar, selain itu tingkat ekonomi di daerahku
waktu itu juga kurang sesuai untuk usaha ini
2.
Jadi peternak burung puyuh
usaha peternakan
burung puyuh milik keluargaku sudah berlangsung sejak aku kecil, dengan
memanfaatkan sebidang tanah kebon milik mbahku, dibangunlah kandang yang berisi
sekitar 100 ekor burung puyuh. Hasilnya lumayan, selain menjual hasil berupa
burung puyuh potong, telur burung puyuh juga sangat digandrungi selain untuk
sate telur puyuh juga untuk olahan masakan rumah tangga. namun sayang karena
harga pakan yang melambung tinggi saat itu, usaha ternak burung puyuh keluarga
kami akhirnya gulung tikar.
3.
Usaha pembuatan ikan asin
pembuatan ikan
asin atau yang biasa disebut ‘gereh’ (dalam bahasa jawa) bukan merupakan hal
yang baru bagi kami yang notabene orang pesisir, entah bagaimana awalnya sampai
saat itu akhirnya bapak dan ibuku memutuskan memulai usaha pembuatan ikan asin.
yang aku tau waktu itu mereka memulai membuat dua bak untuk proses perendaman
ikan dengan garam, lengkap dengan regen (semacam anyaman bambu untuk menjemur
ikan asin) dan ‘rumah’ pembuatan ikan asin tersebut. pada saat itu sudah ada
pemasok yang datang ke tempat kami jadi kami agak ringan. usaha ini juga tidak
berlangsung lama, alasannya kenapa aku kurang tau, mungkin karna harga ikan
yang tinggi dan ga sesuai dengan penghasilan yang didapat.
4.
Beternak bebek
kalau usaha yang
ini sudah sangat lumayan, tiap hari telur bebek bisa dipanen, kebayang ga
tuh... waktu itu bahkan kami mencoba untuk membuat telur asin, tapi belum
sempat diedarkan :D.. coba kalo waktu itu kami bisa mengembangkan distribusi ke
tempat strategis dan bekerjasama dengan pengusaha telur asin misalnya, pasti
(eh InsyaAllah deng :D) usaha ternak bebek ini bisa berkembang. Yahh,, apalah
daya
5.
Punya perahu
Usaha perahu ini
usaha yag paling pol-polan menurutku, perahu kami paling kondang waktu itu,
jelas saja, hanya perahu kami yang dilengkapi dengan perlengkapan canggih dan
up to date (ceilaahh...). selain dalam hal jaring, mesin, kipas perahu, cuma
perahu kami yang dilengkapi dengan solar cell (pake tenaga surya gitu lah
pokoknyaaa.. entah buat apa tapi..hhihii), keren ga tuuu. dan sayangnya perahu
ini juga akhirnya dijual, sepertinya karna harga solar yang naik tajam
6.
Pembuatan jahe, kunyit asam dan
temulawak instan
kalo usaha ini
yang menggawangi ibuku. ya, minuman bubuk instan seperti yang ada di iklan dan
toko-toko ternyata ibuku bisa membuatnya. “ar-ridho”, label yang kami beri pada
produk kami waktu itu, singkatan dari nama ibu dan bapakku. kami menitipkan
produk ini secara eceran di warung-warungdan juga menitipkan ke teman ibu dan
bapakku. harusnya kalo produk ini dipasarkan untuk kalangan nelayan mungkin
akan sedikit berbeda, tapi dengan banyaknya produk serupa yang sudah lebih
punya nama, produk kami ini kurang bisa bersaing di pasaran.
7.
Beternak kambing
skala kecil sih,
kami Cuma punya tiga kambing waktu itu. waktu ditanya, bapakku menjawab kalo
ternak kambing ini bisa sekalian untuk praktik mbakku yang kuliah di jurusan
peternakan. dan benarlah, dalam waktu singkat kambing-kambing ini sudah tidak
ada, dijual mungkin
meskipun sekarang Alhamdulillh bapak dan
ibuku sudah jadi PNS, tapi sekecil apapun usaha itu pasti ada pelajarannya
kan?? :D
Comments
Post a Comment